Halaman xxxi

c. Mendengarkan dengan baik sehingga benar-benar paham perkataan si penanya, kemudian memahamkan penanya tentang takwil mimpinya.
d. Tidak tergesa-gesa dan sembarangan dalam mentakwil.
e. Membedakan antara berbagai penanya.
Untuk mimpi yang sama, janganlah Anda samakan takwil mimpi sultan (raja) dengan rakyat, antara seorang guru dengan murid, dan lainnya karena takwil mimpi itu berbeda menurut keadaan para pemiliknya. Seorang budak, apabila menyaksikan dalam mimpi hal yang tidak menjadi milik atau kekuasaannya, maka takwilnya untuk tuannya, karena dialah pemilik harta dan kekuasaan; takwil mimpi seorang isteri yang tidak menjadi hak dan kewajibannya adalah tertuju untuk suaminya; dan takwil seorang anak tertuju pada dua orang tuanya.
f. Mempertimbangkan dengan bijaksana cara penyampaian.
Apabila takwil mimpi tersebut mengandung kebaikan, maka sampaikanlah dan berilah pemilik mimpi itu kabar gembira, tapi jika takwilnya mengandung keburukan, maka tahanlah takwilnya atau sampaikanlah dengan cara yang sangat baik dan bijaksana yang berakibat memberinya suatu faedah kehati-hatian dan sabar atas keburukan tersebut.
g. Masalah keraguan dalam mentakwil.
Dan apabila sebagian dari takwilnya mengandung kebaikan sedangkan bagian yang lain mengandung keburukan, bandingkanlah antara keduanya, lalu ambil mana yang lebih kuat sesuai teori ilmu takwil. Namun, apabila masih terjadi kesamaran dan keraguan, tanyalah nama si pemilik mimpi, lalu tafsirkanlah ia sesuai dengan nama. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda, 'Tafsirkanlah mimpi itu sesuai dengan namanya, dan sebutlah ia sesuai dengan sebutannya, dan takwil mimpi itu benar untuk pentakwil yang pertama (Hadith diriwayatkan oleh. Ibnu Majah)
Nabi saw juga bersabda, "Apabila kamu ragu dalam mentakwil mimpi, maka takwilkanlah sesuai dengan nama." Maksudnya, sesuai dengan asal kata seperti nama Sahl (yang mudah) berarti suhulah (kemudahan), nama Salim (yang selamat) berarti salamah (keselamatan), nama Ahmad (yang terpuji) dan Muhammad (yang dipuji) berarti mahmadah (pujian), nama Nashr (pertolongan) berarti nushrah (bantuan atau pertolongan), nama Sa'id (yang bahagia) berarti sa'adah (kebahagiaan).
Dalam mentakwil hal yang samar juga dapat dipertimbangkan tentang orang atau apa yang ditemui dalam mimpi, seperti seorang tua berarti "dunia yang akan pergi," kuda tarik, bagal, dan keledai menunjukkan "dalam perjalanan." Sebagaimana dalam firman Allah SWT, "Dan [Dia telah menciptakan] kuda, bagal, dan keledai, agarkamu menungganginya dan [menjadikannya] perhiasan. Dan Allah SWT menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya" (QS. an-Nahl: 8)
Mendengar suara gaok burung gagak satu kali, tiga kali, empat kali, atau enam kali melambangkan kebaikan; enam kali suaranya hanya didengarkan oleh para pembesar, dan ia melambangkan suatu kebaikan. Sedangkan dua kali suara gaok gagak kurang memberi kebaikan. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas: "Apabila gagak menggaok sebanyak tiga kali dalam mimpi, maka ia melambangkan kebaikan, dan dalam bahasa Persia dinamakan dengan nayik. Apabila gagak menggaok sebanyak dua kali, maka ia melambangkan keburukan, dan dalam bahasa Persia ia dinamakan dengan bad."
k. Menentukan hari takwil.
Dianjurkan untuk tidak (makruh) untuk menceritakan mimpi pada hari selasa karena ia adalah hari penumpahan darah. Demikian juga halnya dengan hari Rabu, karena ia selalu menjadi hari

xxxi.