Halaman 52

Kami diberitahu oleh al-Walid ibn Ahmad al-Wa'izh dari Ibnu Abu Hatim dari Muhammad ibn Yahya al-Wasithi dari Muhammad ibn al-Husain al-Barjalani dari Bisyr ibn 'Umar az-Zahrani Abu Muhammad dari Hammad ibn Zaid dari Hisyam ibn Hasan bahwa HafshAli binti Rasyid berkata: Marwan al-Muhallimi adalah tetangga kami, ia orang yang tekun dan raj in. Kemudian ia meninggal dunia dan aku berjumpa dengannya dalam suatu perjumpaan yang luar biasa. Dalam tidur aku bermimpi melihatnya, maka aku berujar, "Wahai Abu Abdullah, apa yang telah dilakukan tuhanmu kepadamu?" Dia menjawab, "Dia (Allah) telah memasukkanku ke dalam surga." Aku bertanya, "Lalu apa lagi?" Ia menjawab, "Kemudian aku diangkat ke tempat orang-orang yang diberi berkah." Aku bertanya kembali, "Lalu apa lagi?" Ia menjawab, "Kemudian aku diangkat ke tempat para sahabatku." Aku bertanya lagi, "Lalu siapa yang kamu lihat dari sahajbat-sahabatmu itu?" Dan ia menjawab, "Di sana aku melihat al-Hasan, Ibnu Sirin dan Maimunah."
Hammad menuturkan kepada kami dari Hisyam ibn Hasan bahwa Ummu Abdullah, salah satu wanita terbaik di Bashrah, berkata: Dalam tidur-ku, aku bermimpi seolah-olah memasuki sebuah rumah yang indah, lalu aku masuk ke taman-nya dan melihat siapa gerangan yang memperindah tempat ini. Dan masya Allah, ternyata aku berada bersama seorang pria yang bersandar di atas dipan (yang terbuat) dari emas. Sedang di sekelilingnya berdiri beberapa dayang atau pelayan perempuan yang di setiap tangan mereka terdapat sapu tangan. Dia melanjutkan: Maka sesungguhnya aku sangat takjub dengan keindahan yang aku saksikan itu. Tiba-tiba ia menghadirkan seorang lelaki, lalu dikatakan kepadanya, "Siapa pria ini?" Dan ia menjawab, "Ini Marwan al-Muhallimi." Kemudian ia bangkit dan duduk lurus di atas dipannya. Ummu Abdullah melanjutkan: Maka aku terbangun dari tidurku dan ternyata jenazah Marwan al-Muhallimi telah berlalu pada waktu itu.
Di Damaskus, kami diberi tahu oleh Abu al-Husain Abdul Wahhab ibn Ja'far al-Maidani dari 'Ali ibn Ahmad al-Bazzar bahwa seorang fakir miskin yang bernama Ibrahim as-Sirri al-Muflisi berkata: Aku mendengar bapakku berkata: Suatu hari, setelah melakukan shalat Ashar, aku tinggal dalam mesjid sendiran. Dan aku meletakkan sebuah mangkok yang berisi air pada lubang yang terdapat di dinding mesjid untuk mendingin-kannya, agar dapat diminum pada saat berbuka. Kemudian aku tertidur dan bermimpi melihat sekelompok bidadari yang memasuki mesjid sambil bertepuk tangan. Maka aku bertanya kepada salah satu dari mereka, "Kamu milik siapa?" Ia menjawab, "Saya milik Tsabit al-Bannani." Kemudian aku bertanya kepada yang lainnya, "Dan kamu?" Ia menjawab, "Saya milik Abdurrahman ibn Zaid." Aku bertanya lagi kepada yang lainnya, "Dan kamu?" Ia menjawab, "Saya milik 'Utbah." Kemudian aku bertanya kepada yang lainnya, "Dan kamu?" Ia menjawab, "Saya milik Farqad." Dan aku terus bertanya sampai tersisa satu bidadari lagi, maka aku bertanya kepadanya, "Dan kamu milik siapa?" Lalu ia menjawab, "Saya milik orang yang mendinginkan air untuk berbukanya." Maka aku berujar, "Jika kamu memang benar, maka pecahkanlah mangkok!" Lalu panci itu pun terbalik dan jatuh dari lubang dinding. Seketika aku terjaga karena mendengar suara mangkok yang pecah.
Syekh Abu Sa'ad ra berkata, "Barangsiapa bermimpi melihat surga tetapi ia tidak memasukinya, maka mimpinya itu adalah kabar gembira atas amal baik yang sudah atau akan ia kerjakan. Ini adalah mimpi seorang yang adil dan tidak melakukan kezaliman." Namun ada juga yang menafsirkan bahwa siapa yang bermimpi melihat surga dengan jelas, maka ia akan mendapatkan keinginannya serta dihilangkan kesedihannya. Adapun jika seseorang bermimpi hendak memasuki surga tetapi dilarang, berarti ia enggan untuk menunaikan ibadah haji dan jihad padahal sebelumnya ia sudah berniat melakukannya, atau ia enggan untuk bertobat dari kesalahan yang telah diperbuat padahal sebelumnya ia sudah berniat untuk bertobat.
Adapun jika seseorang bermimpi melihat salah satu dari pintu-pintu surga ditutup untuknya, berarti salah satu dari kedua orang tuanya akan meninggal dunia. Jika ia bermimpi melihat dua dari pintu-pintu surga ditutup untuknya, itu menandakan bahwa kedua ibu bapaknya akan meninggal dunia. Dan jika ia bermimpi seluruh pintu surga ditutup untuknya, maka itu berarti kedua orang tuanya marah kepadanya. Sedangkan jika seseorang bermimpi memasuki surga dari sembarang pintu yang ia sukai, itu menandakan kedua orang tuanya meridhainya.