Halaman xxx

dari Ja'far ibn Muhammad ash-Shadiq bahwa ia berkata, "Mimpi yang paling benar adalah mimpi pada waktu al-qailulah (tidur sejenak pada siang hari sesudah shalat Zhuhur)."
5. Adab yang Harus Ditaati Pemilik Mimpi
Bagi seorang yang bermimpi dan juga bagi pentakwil terdapat beberapa syarat yang harus ia pegang dan tidak boleh ia langkahi. Adab mimpi bagi orang yang bermimpi adalah:
a. Tidak menceritakannya pada orang pendengki karena Ya'qub berkata pada Yusuf, "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar [untuk membinasakan] mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia."(QS. Yusuf: 5)
b. Tidak menceritakan mimpi pada orang bodoh.
Dalam hal ini Rasulullah telah bersabda:
Dari Qatadah dari Ibnu Sirin dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw pernah bersabda, "Janganlah kamu ceritakan mimpimu kecuali pada seorang yang alim atau pendidik." (Hadith diriwayatkan oleh. ad-Darimi)
Suatu mimpi akan tetap tergantung selama pemiliknya tidak membicarakannya, dan apabila ia sudah membicarakannya, maka ia akan terjadi, dan janganlah kamu membicarakannya kecuali pada seorang pendidik atau yang bijaksana. (Hadith diriwayatkan oleh. Ahmad)
Mimpi seorang Mukmin satu sifat dari 40 sifat kenabian, dan mimpi itu akan tetap tergantung selama tidak ia bicarakan pada orang lain, sedangkan apabila ia sudah membicarakannya, maka ia akan terjadi. [Periwayat hadis ini berkata, aku mengira bahwa ia juga berkata,] "dan janganlah membicarakan mimpinya kecuali pada seorang yang bijaksana atau orang yang ia cintai." (Hadith diriwayatkan oleh. at-Tirmidzi)
c. Tidak mengutarakan kandungan mimpi secara bohong atau membuat-buat.
Barangsiapa yang mengatakan suatu mimpi yang tidak pernah ia saksikan (secara bohong), maka ia akan dihukum untuk mengikatkan dua helai rambut [pada hari kiamat] sedangkan ia tidak akan mampu melakukannya. (Hadith diriwayatkan oleh. al-Bukhari)
Hendaklah mimpi tersebut ia sampaikan atau takwilkan secara rahasia sebagaimana ia saksikan secara rahasia, dan juga tidak boleh menceritakannya pada anak-anak dan juga para wanita. Dan yang lebih baik adalah menceritakan mimpi tersebut pada waktu awal kemunculan suatu tahun atau hari (pagi hari) bukan pada akhir tahun atau sore hari.
6. Adab Seorang Pentakwil
Sedangkan adab atau etika yang harus ditaati oleh seorang pentakwil adalah:
a. Memberikan suatu sikap optimis.
Apabila ada orang yang meminta takwil mimpi, hendaklah Anda mengatakan pada permulaan, "Semoga Anda bermimpi baik," karena apabila Nabi saw diminta untuk mentakwil suatu mimpi, maka beliau akan berkata pada mulanya, "Semoga kamu akan mendapatkan kebaikan, terjauh dari keburukan, baik untuk kita, dan buruk untuk musuh kita, alhamdulillahirabbil'alamin, maka sampaikan kandungan mimpimu."
b. Memberikan lebih berat pada persangkaan baik.
Dalam hal ini, Nabi saw telah bersabda, "Mimpi akan tetap tergantung selama belum ditakwil, dan apabila telah engkau takwil, maka ia akan terjadi." [Abu Razin, periwayat hadis, berkata: Aku merasakan bahwa Beliau saw juga berkata,] "Dan janganlah kamu ceritakan mimpimu kecuali pada orang yang menginginkan kebaikan dan bijaksana." (Hadith diriwayatkan oleh. Abu Daud)

xxx.