Halaman xxix

Diriwayatkan juga bahwa apabila ' Aisyah akan tidur, ia berdoa, "Ya Allah, aku memohon pada-Mu mimpi yang benar bukan yang bohong, bernanfaat tidak berbahaya, dapat diingat dan tidak terlupa." Diriwayat juga Nabi saw berdoa ketika akan tidur, "Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari mimpi junub, mimpi buruk, dan agar setan tidak mempermainkan aku dalam keadaan jaga dan tidur."
3. Dua Macam Mimpi dan SetiapSeorang Muslim
Kemudian mimpi terbagi dua, yaitu:
a. Mimpi yang benar (ar-rn'ya al-haq).
Mimpi yang benar adalah mimpi yang dilihat pada waktu keadaan isik dan jiwanya sedang normal dan seimbang, cita dan pikirannya netral, dan ini terjadi pada waktu pepohonan mulai berputik sampai dedaunannya gugur. Orang yang bermimpi itu tidak tidur dengan membawa sebuah pikiran atau angan-angan. Dan orang itu tidak tidur dalam keadaan junub atau haid.
b. Mimpi batil (ar-ru'yaal-bathil).
Mimpi batil adalah mimpi yang diawali oleh sebuah pengaruh kejiwaan, masalah pribadi, angan-angan, pikiran yang mengganggu, dan tidak mempunyai takwil, demikian juga halnya dengan mimpi junub dan semisalnya tidak mempunyai takwil. Mimpi ketakutan dan kesedihan dari setan tidak mempunyai takwil. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya bisikan itu adalah dari setan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudharat sedikitpun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah SWT dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal. (QS. al-Mujadilah: 10)
Menurut sunnah Nabi saw, apabila Anda melihat mimpi buruk, hendaklah Anda melakukan lima hal, yaitu: i) mengubah posisi tempat tidur, ii) meludah ke kiri tiga kali, iii) berilndung pada Allah SWT dari setan yang terkutuk, iv) bangun dan shalat, dan v) tidak menceritakan mimpi tersebut pada orang lain. (Lima hal ini terdapat dalam hadits Muslim, Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad, Ibnu Majah, dan ad-Darimi)
Diriwayat juga bahwa seorang laki-laki datang pada Rasulullah saw dan berkata, "Wahai Rasulullah saw aku telah menyaksikan sebuah mimpi yang menyedihkanku," Nabi saw menjawab, "Saya juga pernah bermimpi dengan hal yang menyedihkanku, maka apabila kamu melihat hal itu, meludahlah ke arah kiri tiga kali, lalu bacalah doa, 'Ya Allah, aku bermohon pada-Mu kebaikan mimpi ini, dan berlindung pada-Mu dari kebunikannya."
Di antara mimpi ada juga mimpi kosong belaka, misalnya melihat bahwa langit berubah menjadi atap lalu ia takut tertimpa, bumi berubah menjadi kincir yang berputar, di langit tumbuh pepohonan, di bumi terdapat bintang-bintang, setan berubah menjadi malaikat, gajah berubah menjadi semut, dan lain sebagainya. Semua hal ini tidak ada takwilnya. Demikian juga dengan mimpi ketika sedang berubah dari tabiatnya (kenormalan fisiknya), seperti melihat warna merah menjadi darah, warna menjadi kegelapan, benda yang dipanaskan menjadi matahari atau api.
4. Waktu Mimpi yang Baik
Waktu mimpi yang paling benar adalah di siang hari (setelah zhuhur atau waktu al-qailulah) atau akhir malam (sebelum shubuh).
Dari Abu Sa'id bahwa Nabi saw bersabda, "Mimpi yang paling benar adalah pada waktu sahur-akhir malam sebelum subuh." (Hadith diriwayatkan oleh. at-Tirmidzi)
Dan juga diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, "Mimpi yang paling benar adalah pada waktu siang karena Allah SWT menurunkan wahyu-Nya padaku pada waktu siang." Diriwayatkan juga

xxix.