Halaman xxiv

mimpi yang baik, yaitu kabar gembira yang berasal dari Allah; mimpi pencemas (petakut) yang datang dari setan; dan mimpi yang merupakan pembicaraan jiwa sendiri-berasal dari pengaruh psikologis. Maka, jika salah seorang kamu bermimpi buruk, maka hendaklah ia bangun, lalu dirikanlah shalat, dan janganlah kamu bicarakan pada orang lain, saya menyukai ikatan (al-qayid) dan benci pada mimpi yang terbelenggu kedua tangan ke lehernya, dan al-qaid itu berarti keteguhan dalam beragama (Hadith diriwayatkan oleh. Muslim dan Ahmad)
Dari 'Umar dan Muhammad ibn Ja'far ibn Muhammad ibn Mathar dari Hamid ibn Muhammad dari Syu'aib dari Yahya ibn Ayyub dari Sa'id ibn Abdurrahaman al-Jumahi dari Hisyam dari 'Urwah dari ayahnya dari 'Aisyah telah bersabda Rasulullah saw:
Tidak akan ada tanda kenabian yang tersisa sesudahku kecuali kabar-kabar gembira (al-mubassyirat). Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah 'kabar-kabar gembira' tersebut?" Beliau saw bersabda, "Mimpi baik yang benar, baik mimpi disaksikan sendiri oleh seseorang untuk dirinya atau diperlihatkan padanya-dalam kenyataan-pen-." (Hadith diriwayatkan oleh. Malik, Ahmad, dan ad-Darimi)
Dari Abu 'Abdillah al-Muhallabi dari Muhammad ibn Ya'qub dari 'Alqamah al-Ma'afiri dari al-Auza'i dari Yahya ibn Abu Katsir dari Abu Salamah ibn Abdurrahman dari 'Ubadah ibn ash-Shamit bahwa ia berkata: Aku bertanya pada Rasulullah tentang ayat 64 surah Yunus berbunyi "Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan akhirat," Beliau saw menjawab, "Kamu telah menanyakan pada saya suatu hal yang tidak pernah oleh seorang pun selain kamu, ia adalah mimpi baik yang benar, baik mimpi itu disaksikan sendiri oleh seseorang atau tidak diperlihatkan padanya-dalam kenyataan-pen." (Hadith diriwayatkan oleh. Ahmad, Ibnu Majah, dan ad-Darimi)
Dari Abu Sahl Bisyr ibn Ahmad ibn Bisyr al-Faqih dari Ja'far ibn Muhammad al-Faryabi dari Hisyam ibn 'Ammar dari Shadaqah ibn Khalid dari Ibn Jabir dari 'Atha' al-Khurasani dari Tsabit ibn Qais ibn Syammasy, ia berkata: Tatkala Allah SWT menurunkan ayat, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya [suara] sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus [pahala] amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari. (QS. al-Hujurat: 2) Maka, Tsabit ibn Qais mengurung diri di rumahnya dan terus menangis, dan oleh karena Nabi saw tidak pernah bertemu dengannya lagi, maka Beliau saw mengutus seseorang untuk menanyakan sebab ia mengurung diri, ia menjawab, "Saya adalah seorang yang bersuara keras, maka saya takut apabila amal saya akan terhapus," Nabi saw bersabda, "Kamu tidak termasuk dalam golongan mereka, kamu akan hidup dalam keadaan baik dan mati dalam keadaan baik.
Kemudian tatkala Allah SWT menurunkan ayat, "Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri." (QS. an-Nisa': 36) Maka, Tsabit kembali mengurung diri dalam rumahnya dan menangis, dan oleh karena Nabi saw tidak pernah bertemu dengannya lagi, maka Beliau saw mengutus seseorang untuk menanyakan sebab ia mengurung diri, ia menjawab, "Saya adalah seorang yang menyukai keindahan dan ingin tetap memimpin suku saya," Nabi saw bersabda, "Kamu tidak termasuk dalam golongan mereka, kamu akan hidup dalam keadaan terpuji, mati dalam keadaan syahid, dan Allah SWT akan memasukkan kamu ke dalam surga."
Ketika terjadi perang Yamamah ia (Tsabit) ikut bersama dalam barisan tentara Mujahidin Khalid ibn al-Walid. Tatkala bertemu dengan musuh, tentara kaum Muslim kalah, lalu Tsabit bersama Salim, bekas budak Abu Hudzaifah, menggali sebuah lobang dan berperang mati-matian sehingga keduanya tewas syahid. Pada jasad Tsabit terdapat sebuah baju besi yang sangat mahal, lalu baju besi itu diambil oleh seorang laki-laki dari kaum Muslim. Kemudian seorang laki-laki Muslim tertidur, dalam tidurnya