Halaman viii

berbohong, sedangkan mimpi seorang Mukmin adalah satu bagian dari 46 sifat kenabian. Apabila mimpi itu termasuk dalam sifat kenabian, maka ia tidak akan berbohong." 'Auf-periwayat hadits-berkata, "Saya dan Muhammad ibnu Sirin menyatakan, 'Dikatakan-oleh para shahabat- bahwa mimpi terbagi tiga, yaitu: i) pembicaraan jiwa, ii) petakut dari setan, dan iii) kabar gembira dari Allah SWT, Barangsiapa yang menyaksikan mimpi yang ia benci, janganlah ia menceritakannya pada seorang pun, dan hendaklah ia bangun, lalu shalat." Ia (Ibnu Sirin) berkata, "Memakai ikatan pada leher tidak mereka (para shahabat) sukai, dan mereka hanya menyukai al-qaid, yaitu keteguhan dalam agama. (Hadith diriwayatkan oleh. Al-Bukhari)
Namun demikian, orang-orang kafir dan fasik kadangkala juga menyaksikan mimpi yang benar, Mimpi buruk dimana ia dinisbatkan pada setan, diperintahkan oleh Nabi saw untuk menyembunyikannya dan meludah ke sebelah kiri, lalu Beliau menjanjikan bahwa mimpi buruk tersebut tidak akan membahayakan, karena ia hanyalah petakut atau penyedih palsu, ataupun bayangan yang akan menggiring pada fitnah, tipuan, dan rasa was-was buta yang akan melengahkan pada dosa dan membawa pada kelalaian, atau membuat lalai pada perbuatan-perbuatan merusak, mengapa? Karena hal itu hanya pantas dilakukan oleh setan yang suka menyuruh pada kekejian. Jadi, mimpi-mimpi bohong (batil) seperti itu dinisbatkan pada setan, karena setan itu sendiri adalah penyeru pada kebatilan.
Allah SWT adalah Khaliq (Pencipta) semua hal yang disaksikan manusia dalam tidur, baik maupun buruk. Semua mimpi yang menyebabkan mandi wajib dinisbatkan pada setan, demikian juga halnya dengan 'pembicaraan jiwa' (hadits an-Nafs), harapan, kecemasan, dan kesedihannya, serta semua mimpi yang tidak mengandung hikmah, karena ia berkaitan dengan masalah orang yang bermimpi itu sendiri. Mimpi yang disertai oleh rasa lapar atau terlalu kenyang juga tidak benar sebagaimana orang yang sedang jaga mengimpikannya, karena ia tidak akan menunjukkan pada suatu hikmah. Jadi, makanan dan setan juga tidak mempunyai pengaruh, namun ia hanyalah suatu hal yang alami.
Allah SWT menciptakan mimpi yang benar dengan menghadirkan malaikat yang diwakilkan, maka mimpi seperti ini dikatakan sebagai mimpi yang dinisbatkan pada malaikat. Allah SWT menciptakan mimpi palsu atau batil dengan kehadiran setan, maka mimpi seperti ini dinisbatkan pada setan tersebut. Mimpi yang batil selalu mendustakan ajaran Allah SWT atau berakibat melanggar sebagian perintahNya. Seorang yang bermimpi hendaklah tidak menceritakan mimpi buruknya pada sembarang orang kecuali pada ulama, ahli hikmah, atau orang yang bijak dalam keluarganya.
2. Kaidah Umum Takwil Mimpi
a. Adab takwil mimpi.
Juga diriwayatkan bahwa ketika seorang pentakwil mendengar suatu mimpi dari seseorang, disunnahkan baginya untuk menahan diri dari pentakwilan tersebut, khususnya apabila mimpi itu tidak menyenangkan atau karena kurangnya pengetahuan untuk mengatakan bahwa mimpi itu baik baginya, buruk bagi musuhnya, adanya kebaikan yang ditunggu, atau keburukan yang diawasi, khususnya apabila mimpi tersebut berhubungan langsung dengan si penanya.
b. Waktu takwil mimpt
Menafsirkan mimpi pada waktu pagi adalah lebih baik karena pikiran si pentakwil sedang jernih dan kuat, sedangkan ingatan si penanya juga masih kuat pada mimpinya. Kuatnya pikiran pada waktu pagi karena ia belum mengerjakan berbagai tugas harian dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi saw:
Ali bin Abi Thalib berkata bahwa Nabi saw bersabda, "Ya Allah, berkatilah umatku pada waktu-waktu pagi mereka." (Hadith diriwayatkan oleh. At-Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud, dan ad-Darami)