Halaman xiii

Diriwayatkan bahwa apabila seorang hamba Allah SWT tidur dalam keadaan sujud, maka Allah SWT akan berkata, "Lihatlah pada hambaKu ini, rohnya berada padaKu, sedangkan jasadnya berada dalam keadaan taat padaKu." Diriwayatkan dari Abu Darda' bahwa apabila seseorang tidur, maka ia dengan rohnya akan naik ke langit sehingga sampai ke 'Arasy, dan apabila ia dalam keadaan suci, maka ia diizinkan bersujud, sedangkan apabila ia dalam keadaan junub, maka ia tidak diizinkan bersujud."
Para ulama berbeda pendapat tentang hakikat jiwa (an-nafs) dan roh (ar-ruh) menjadi dua pendapat: Pendapatpertama: roh sama dengan jiwa.
Keduanya adalah satu hal yang mempunyai dua nama sebagaimana dikatakan manusia dan orang. Keduanya (roh dan jiwa) adalah darah atau berhubungan dengan darah karena keduanya akan binasa apabila hilang bersama hilangnya darah, dengan bukti bahwa mati pada diri seorang mayat adalah darahnya. Dan dari segi bahasa, orang Arab berkata, "Wanita itu menjiwa (nafatsat)," apabila darah haid atau nifas keluar darinya. Jadi keluarnya darah, mereka namakan dengan keluarnya jiwa. Dan barangkali masih populer dalam istilah orang Arab, "Jiwanya telah mengalir," yang menunjukkan bahwa ia telah mati.
Pendapat kedua: roh dan jiwa berbeda.
Roh itu dingin, sedangkan jiwa panas. Oleh sebab itu, orang Arab menyebut bahwa roh ditiupkan pada seseorang karena roh seiring dengan kata riih (angin). Dan memang jiwa akan panas sejalan dengan adanya roh, lalu ia memanas, maka orang yang mati jiwanya mendingin karena terpisah dengan roh. Jadi, roh berhubungan dengan jiwa dan penyebab dari panasnya jiwa. Oleh karena itu, orang Arab menyebut tanaman dengan tetesan air embun (an-nada) karena ia hidup atau berjalan dengannya; mereka juga menyebut hujan dengan langit, karena ia turun dari langit. Orang Arab juga menyebut roh dengan istilah 'angin lembut' (an-nasamah).
Namun demikian, dalam hal ini hendaklah kita kembalikan pada firman Allah SWT, "Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, 'Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberipengetahuan melainkan sedikit." (QS. Al-Isra': 85)
Sebagian ahli tafsir Qur'an mengatakan bahwa yang dimaksud dengan roh pada ayat di atas adalah roh kehidupan. Sebagian mereka menyatakan bahwa yang dimaksud dengan roh di sini adalah nama malaikat yang berdiri dengan berbaris, "Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri berbarisan. "(QS. An-Naba': 38)
Oleh karena itu, apabila masalah roh hanya menjadi otoritas Allah SWT dan Rasulullah saw sendiri juga tidak mengetahuinya saat beliau saw ditanya oleh manusia tentang hakikat roh sebagai bukti kenabiannya, maka bagaimana mungkin masalah ini dapat dipelajari dan diketahui dengan pasti.
4. Contoh-contoh Praktis Metode Takwil Mimpi
Ibnu Qutaibah berkata, "Oleh karena dalam segala mazhab dan teori takwil, mimpi dapat ditakwil dengan memperhatikan kata; perpindahan makna kata dari kebaikan pada keburukan sesuai dengan perbedaan keadaan bentuk flsik, waktu, dan zaman; dan kadangkala takwil mimpi disimpulkan dari suatu kata benda; kandungan maknanya; lawan (antonim) kata; dan kadangkala dari ayat Al-Qur'an, hadis Nabi saw, permisalan-pepatah-populer, dan syair yang masyhur, maka saya akan menerangkan pada Anda beberapa contoh yang akan memudahkan pemahaman, yaitu:
a. Takwil dengan memperhatikan kata nama (benda).
Kata nama ditakwil sesuai dengan makna zahirnya, seperti mimpi melihat seorang laki-laki bernama al-fadhal (keutamaan), maka melambangkan keutamaan-keutamaan; mimpi dengan seorang laki-laki