Halaman xii

Bisa jadi, seseorang menyaksikan sesuatu dalam mimpi, lalu takwilnya menunjukkan saudara kandungnya, anak tirinya, leluhumya, temannya, tentangganya, atau lainnya yang sempa dengannya dalam berbagai hal. Keserupaan an tar manusia dalam hal mimpi disebabkan oleh dua sebab dari berbagai sebab di atas. Misalnya, sempa dalam hal nasab seperti saudara kandungnya karena keduanya bersatu dalam hal kebapakan, nasab, rahim ibu, dan seperti senama, bertetangga, dan sempa wajahnya. Jadi, penyerupaan takwil baru dapat terjadi apabila terdapat dua sebab yang sama atau lebih. Perpindahan takwil mimpi tidak dapat dilakukan secara mandiri kecuali apabila kandungannya sama dan layak untuk dicantolkan, dalilnya tidak dapat ditolak, dan akibatnya tidak dielakkan.
Dan kadangkala takwil itu dapat berpindah pada orang lain yang sempa secara lebih tepat dan kuat apabila terdapat dalil-dalil atau petunjuk dalam kenyataan, maka us ah a pencarian bukti ini akan lebih membawa pada hasil yang lebih tepat. Misalnya, takwil mimpi kematian tidak dapat berpindah dari orang yang mimpi kecuali apabila dalam keadaan sehat di waktu jaga, sedangkan orang serupa dengannya dalam keadaan sakit, maka takwil ini akan lebih tepat bagi si sakit tersebut karena adanya beberapa sebab perpindahan takwil tadi.
Dengan demikian, seorang ahli takwil hendaknya juga mengetahui ilmu sosial budaya, sejarah, geografi, cerdas, berpikiran tajam, bertakwa pada Allah, berjiwa bersih, dan mengetahui keadaan manusia, akhlak, kedudukan, dan bentuk jasmani mereka sehingga dapat memantau mimpi yang berbeda-beda dan perubahan takwil ketika habis musim dingin atau masuk musim panas misalnya.
f. Memperhatikan tabiat zaman dan benda.
Mengetahui keadaan berbagai zaman, keadaan curah hujan, manfaat, bahaya, waktu-waktu tenang dan berombaknya laut, adat kebiasaan suatu negeri dan penduduknya, seperti takwilan al-Qutbi terhadap binatang yang digemukkan bernama al-jarus dengan datangnya seorang perantau dari Yaman, karena kata al-jarus hanya berasal dari Yaman, lalu hasilnya tepat.
Mengetahui pengertian yang sudah umum dimana semua alam ikut merasakan manfaatnya, seperti langit, matahari, bulan, bintang, hujan, angin, mesjid-mesjid, dan lapangan-lapangan terbuka. Barangsiapa yang melihat dirinya sendiri saja dalam mimpi bersama hal-hal tersebut atau di rumahnya, maka takwil mimpi itu khusus untuk dirinya sendiri. Para leluhur mengatakan bahwa barangsiapa yang menyaksikan warna hitam yang dominan dalam mimpi, maka ia melambangkan peristiwa-peristiwa besar, ketakutan, dan kekacauan; barangsiapa yang menyaksikan warna kuning yang dominan dalam mimpi, maka ia melambangkan api, lampu-lampu, dan da rah. Barangsiapa yang menyaksikan lendir dahak atau riak yang dominan dalam mimpi, maka ia melambangkan air, hujan, dan ombak; Barangsiapa yang menyaksikan darah yang dominan dalam mimpi, maka ia melambangkan minuman, bunga-bunga wangian, gambus, tepukan, dan semling.
3. Kedndukao Rob dan Jiwa dalam Mimpi
Nabi saw bet lahda:
Mimpi iai tabagi tiga: mimpi yang baik, yaitu kabar gembira yang berasal dari Allah; mimpi pencemas (petakut) yang datang dari setan; dan mimpi yang merupakan pembicaraan jiwa sendiri- berasal dari pugaiah pskoiogis. (Hadith diriwayatkan oleh. Muslim dan Ahmad)
Kenabian sudah pergi yang tertinggal hanyalah kabar gembira (Hadith diriwayatkan oleh. Ahmad, at tirmizhi, ibn majah dan ad-Darimi)
Para ahli tafsir menyantaa babva hadits di atas sesuai dengan firman Allah SWT, "Bagi mereka 'berita gembira' di dalam ftdhaaapM f damo." (QS. Yunus: 64) Mereka (ahli tafsir) menyatakan bahwa yang dimaksud dimaksudkan dengan khabar gembira (al-mubassyirat) adalah mimpi yang baik.