Halaman 11

Abdullah ibn al-Jalla' bercerita: Suatu hari aku memasuki Kota Rasulullah sedang aku menderita kemiskinan, lalu aku menziarahi makam Rasulullah saw dan mengucapkan salam atasnya dan para sahabatnya ra. Kemudian saya berujar, "Wahai Rasul Allah, saya sedang menderita ke-miskinan padahal saya adalah tamu engkau." Lalu aku beranjak dari tempat tersebut dan tidur di kiar makam, kemudian aku bermimpi melihat Nabi saw datang kepadaku. Maka aku pun berdiri dan beliau memberikan segumpal roti kepadaku lalu aku memakannya. Dan ternyata ketika terjaga di tanganku telah terdapat sebagian dari potongan roti tersebut.
Abu al-Wafa' al-Qari al-Harawi bercerita: Pada tahun 360 H aku bermimpi melihat Nabi Muhammad saw. Ketika itu aku membacakan Al-Qur'an di hadapan sultan, tetapi mereka malah berbicara-satu sama lain. Maka aku kembali ke rumah dengan perasaan sedih. Kemudian aku tidur dan bermimpi melihat Nabi saw seolah-olah rona wajahnya berubah. Kemudian beliau berkata kepadaku, "Apakah kamu mau membacakan Al-Qur'an firman Allah Azza wa Jalla di depan sebuah kaum yang berbicara-satu sama lain, sedang mereka tidak menyimak bacaanmu? Setelah ini kamu tidak akan bisa membaca lagi kecuali jika Allah menghendaki." Lalu aku terjaga dan ternyata aku tidak dapat berbicara sampai empat bulan. Dan jika aku membutuhkan sesuatu, maka aku menulisnya di atas kertas. Maka para ulama hadits dan para mujtahid datang kepadaku dan mereka berfatwa bahwa pada akhirnya aku akan dapat berbicara lagi, karena sesungguhnya beliau mengatakan, "Kecuali jika Allah menghendaki." Dan itu adalah pengecualian. Kemudian setelah empat bulan, aku tidur di tempat yang semula aku tidur di sana, lalu dalam tidurku aku bermimpi melihat Nabi saw dengan wajah yang bercahaya. Lalu beliau berkata kepadaku, "Apakah kamu sudah bertobat?" Dan aku menjawab, "Benar wahai Rasul Allah." Se-lanjutnya beliau berkata, "Barangsiapa bertobat niscaya Allah akan mengampuninya. Keluarkanlah lidahmu!" Lalu beliau meng-usapnya dengan telunjuknya seraya berkata, "Jika kamu berada di antara suatu kaum dan kamu membaca Kitab Allah, maka henti-kanlah bacaanmu sampai mereka mendengarkan firman Allah [itu]." Kemudian aku terjaga dan ternyata lidahku telah terbuka dengan puji Allah kesembuhan dari-Nya.
Diriwayatkan bahwa seorang pria dari golongan orang-orang kaya jatuh sakit lalu pada suatu malam dia bermimpi melihat Rasulnllah saw seolah berkata kepadanya, "Jika kamu ingin sembuh dari sakitmu, maka ambillah la w la (tidak dan tidak)." Maka setelah terjaga dia mengirim uang 10.000 dirham kepada Sufyan at-Tsauri ra dan menyuruhnya untuk membagikan uang tersebut kepada para fakir miskin sambil menanyakan takwil dari mimpi tersebut. Kemudian Sufyan at-Tsauri berkata, "Makna dari perkataan Nabi saw la wa la (tidak dan tidak) adalah buah zaitun, karena Allah SWT menyebutkannya dalam Kitab-Nya, sebagaimana firman-Nya, '... [yaitu] pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur [sesuatu] dan tidak pula di sebelah barat[nya]....' (QS. an-Nur: 35) Dan faedah hartamu adalah dapatnya para fakir miskin mengambil manfaat darimu." Kemudian orang itu berobat dengan buah zaitun, maka Allah memberikan kesehatan kepadanya dengan berkah bahwa pemakaian buah zaitun itu adalah anjuran Rasulullah saw dan dia memuliakan anjuran itu.